Daerah

Asrama Inggrisan: Menjadi Destinasi Wisata Berbasis Cagar Budaya di Banyuwangi

Asrama Inggrisan: Menjadi Destinasi Wisata Berbasis Cagar Budaya di Banyuwangi

Banyuwangi - Asrama Inggrisan di Banyuwangi menjadi fokus untuk diangkat menjadi destinasi wisata berbasis cagar budaya yang menjanjikan. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Perumahan Permukiman (DPU CKPP) Banyuwangi bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menunjukkan komitmen mereka dalam revitalisasi situs bersejarah ini. 

Sebagai situs cagar budaya yang telah ditetapkan oleh Pemprov Jatim, Asrama Inggrisan yang dibangun pada tahun 1776 oleh Pemerintah Kolonial Belanda memiliki sejarah yang kaya. Melalui perencanaan revitalisasi, diharapkan tidak hanya mempertahankan aspek historisnya, tetapi juga menciptakan daya tarik sebagai destinasi wisata yang memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal. 


Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk TNI AD dan Kementerian PUPR, Asrama Inggrisan berpotensi menjadi tujuan wisata yang menggabungkan kekayaan sejarah dan budaya Banyuwangi.


Asrama Inggrisan adalah situs cagar budaya yang telah ditetapkan oleh Pemprov Jatim pada 2021. Asrama itu dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1776.


Asrama Inggrisan kemudian diambil alih oleh Kantor Dagang Inggris pada abad ke-18. Sebelum ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat provinsi, Pemkab Banyuwangi telah menetapkannya terlebih dulu pada 2018.


Asrama Inggrisan merupakan salah satu lokasi dari rangkaian kabel jaringan telegram bawah laut yang menghubungkan Eropa hingga Australia.


Asrama ini menjadi aset TNI Angatan Darat, oleh karenanya dalam upaya revitalisasi, Pemkab intens menjalin komunikasi dengan Kepala Staf Angkat Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman


Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bertemu dengan Kepala Staf Angkat Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman.


Selain itu, Bupati Ipuk juga bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. 


Pertemuan di hari yang sama itu, membuahkan kabar gembira. Kementerian PUPR siap untuk mensupport pembangunan asrama Inggrisan tersebut.


Ipuk mengaku optimis rencana tersebut bakal berjalan lancar. "Semoga dalam waktu singkat revitalisasi asrama Inggrisan menjadi destinasi wisata berbasis cagar budaya ini bisa terwujud. Kami melihat optimisme dari para stakeholder terkait," kata Ipuk.


Pemkab Banyuwangi sendiri, imbuh Ipuk, akan melakukan pembangunan hunian tentara dan pemindahan klinik dan fasilitas lainnya yang selama ini ada di Asrama Inggrisan. 


"Konsekuensi dari peralihan ini akan menjadi domain Pemda. Untuk kepemilikan aset masih atas nama TNI AD. Sedangkan pengelolaannya akan dibicarakan lebih lanjut. Revitalisasinya, akan dibantu oleh Kementerian PUPR," jelasnya.


Menurut Ipuk, dengan merevitalisasi Asrama Inggrisan, sejarah yang tersimpan tidak berhenti pada cerita, tapi juga bisa dipelajari oleh anak muda di Banyuwangi. Arsitektur untuk revitalisasi ini telah mendapat dukungan dari arsitek terkenal Yori Antar.


"Tentunya juga semoga revitalisasi ini bisa menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru, yang memberi dampak ke ekonomi lokal. Yang penting, ini untuk kemaslahatan rakyat Banyuwangi," pungkas Ipuk. 


Sementara itu, Plt Kepala Dinas PU CKPP Kabupaten Banyuwangi Suyanto Waspotondo menambahkan, desain revitalisasi Asrama Inggrisan telah disiapkan.


Dalam desain itu, bentuk bangunan utama bakal dipertahankan. Rencananya, pembangunan difokuskan pada penambahan asesoris untuk memperkuat nilai sejarah masa lalu. Sebuah museum juga direncanakan hadir di Asrama Inggrisan.


"Fasad asli dipertahankan. Sehingga nantinya ini tidak hanya tempat untuk edukasi dan wisata, tapi sekaligus tempat sumber kajian destinasi sejarah," sambung Suyanto.


Yayan mengatakan, Dr. Thor Kerr dari Curtin University Perth Australia dan Irfan Wahyudi, PhD dari Universitas Airlangga telah melakukan riset tentang keterkaitan Banyuwangi dan Australia masa itu, dan salah satu jantung aktivitasnya adalah di Asrama Inggrisan.


Berdasarkan pentingnya sejarah Asrama Inggrisan, Yayan mengaku bangunan ini layak dilestarikan. Ditata dan dipercantik supaya bisa dinikmati dari generasi ke generasi.


"Supaya anak cucu kita bisa memahami detail cerita di abad 17 dan abad 18 ini," jelasnya.


Di kawasan tersebut nantinya bakal dibangun beberapa instrumen pendukung. Seperti museum, penginapan, hingga meeting point.


"Koordinasi terus dilakukan guna menunjang persiapan pelaksanaan kegiatan tersebut," tegasnya.